-->
Ulasan Cerpen
Pintu Jenasah
Oleh : Sunlie Thomas Alexander
Cerpen ini adalah cerpen yang dimuat di majalah sastra HORISON Edisi XXXIX/2005. Cerita yang disuguhkan dalam majalah sastra ini sungguh menarik dan berbeda dari cerpen-cerpen yang biasa kita baca. Cerpen ini menggunakan bahasa-bahasa tersirat, yang walaupun sulit dimengerti tapi judul sastra ilustrasi gambar abstraknya membuat pembaca penasaran dan tertarik dengan ceritanya.
Cerpen ini bertemakan adat istiadat karena dalam cerpen ini mengangkat cerita nyata yang berada di daerah Bangka utara dimana adat istiadat kedaerahan masih sangat dijunjung tinggi dan masyarakat ini masih memegang teguh kepercayaan animisme yang sering dianggap unik dan penuh misteri oleh orang luar. Cerpen ini menggunakan alur campuran yaitu maju dan mundur, terdiri dari beberapa halaman dan menggunakan sudut pandang orang pertama. Beberapa kerabat perempuan bermakna sembab, hilir mudik terus menerus antara dapur dan teras, mengantarkan kopi dan makanan kecil untuk orang-orang yang datang melayat. Sesekali masih terdengar suara isakan parau.
Salam cerpen ini mengisahkan pertentangan seseorang terhadap adat yang ia sara tidak masuk akal dan tidak beragama. Hal ini wajar karena dalam masyarakat yang diceritakan dalam cerpen ini adalah masyarakat yang menganut kepercayaan animisme. Cerpen ini menarik karena ceritanya yang penuh dengan tantangan dan ketegangan saat Nong bin Akhiong yang merupakan tokoh utama berjuang melawan adat, dimana kematian istrinya yang sedang hamil ddianggap sebagai pembawa petaka.
Yang menarik dari cerpen ini adalah penggunaan beberapa bahasa daerah diantaranya :
“Omong kosong bae! Ku dak percaye sikit aben!” yang artinya “Omong kosong! Aku tidak percaya sedikitpun!” Untung saja diakhir cerita diberi catatan penjelasan arti dari kalimat tersebut, sehingga kita dapat memahaminya.
Pada akhir cerita diceritakan bahwa tokoh utama mempunyai solusi dengan pertentangannya dengan para tetua adat, yaitu memakamkan janazah istrinya pada pemakaman Cina. Tetapi akhir cerita ini tidak menceritakan apakah tokoh utama berhasil mewujudkan pemikirannya atau tidak berhasil membujuk para tetua adat. Dalam cerpen ini hanya menceritakan bahwa tokoh utama melihat kesedihan anak pertamanya lantaran ditinggal oleh ibunya.
Walau penulis meberikan warna berbeda di cerpennya, dalam cerpen ini penulis telah memberikan gambaran masih adanya perbedaan kesenjangan dalam suatu daerah di Indonesia ini dan kita juga dibiarkan mengembangkan imajinasi pemikiran kita tentang akhir cerita ini. UD. ILHAM RIZKY JAYA [FORTUNA Event Organizer] Jl. Mastrip Gang Mangga No. 32 Desa Kepuh Boyolangu Tulungagung Jawa Timur - Distributor Peralatan Perkantoran / Laptop, Photography, Videography, Percetakan, Orkes Melayu - (irj2010@yahoo.co.id) (rizky komputer) [NPWP : HERWAN : 36.914.792.1-629.000 - SIUP : 503.1/832/209/2011 - TDP : 13.32.5.46.11203 - IZIN SHOOTING NO : 503/48/209/2011 - NOMOR INDUK GROUP ORKES : 1255/424.50/BUD KES.O/2013] Contact Person : MasHoeWa HP. 082333861213 / 081556633080
Tidak ada komentar:
Posting Komentar